Kamis, 29 Januari 2009

Siap... Graaak

Siap... Graaak


Bencana Lagi... Bencana Lagi...



Kopral Gendut menggeser duduknya, lebih dekat dengan Sang Guru Kopral Tukimin. Hari itu, mereka sengaja berkumpul untuk mendengar �ceramah� Pak Guru Kopral. Pasalnya, mereka begitu jerih mendengar berita belakangan ini, ketika gempa demi gempa, badai demi badai, bencana demi bencana bersusulan melanda bangsa Indonesia.



Belum surut dari ingatan bencana yang melanda Yogya, Porong, kini disusul kejadian di Pangandaran, Ciamis, dan Gorontalo.Korban bertaburan, ratusan hingga ribuan jiwa melayang, menghadap Sang Khalik, Tuhan yang Maha Esa. Semua harus diikhlaskan, semoga keluarga selalu tabah, dan bencana tak ada lagi di negeri ini. Itulah harapan para kopral di barak itu, tentu harapan kita semua.

�Bencana lagi� bencana lagi��, Kopral Gendut bergumam.
�Ada apa nDut?� Tanya sang guru Kopral, Tukimin.
�Bencana kembali datang melanda Ciamis, Pangandaran, dan sekitarnya. Apa kita ini mau kiamat to Pak Min ?�
�Itu terserah kepada Tuhan. Kita semua hanya bisa berdoa, pasrah kepada Tuhan. Bila Tuhan menghendaki, semua bisa terjadi. Maka, hanya satu kunci kita, berdoa dan berserah diri kepada Tuhan�, kata Pak Kopral Tukimin.
�Iya, mestinya kita begitu Pak Gendut�, Kopral Made Pasek menyela.
�Sudah pasti. Saya juga percaya begitu kok Pak Pasek. Tetapi kok ya bencana nggak henti-henti, gitu lho Pak Min�, kata Kopral Gendut pula.

Kopral Tukimin hanya bisa menampung semua yang dibicarakan dan dikeluhkan oleh Kopral Gendut dan para Kopral lainnya. Ia tahu betul, bahwa tak ada obat mujarab untuk menghentikan bencana alam. Bahkan para ahli di Badan Meterologi dan Geofisika pun tak punya obat mujarab membendung terjadinya gempa. Mereka hanya bisa mengamati, tetapi tak bisa membendung laju gempa dan bencana.

�Karena itulah kita harus selalu berdoa dan berserah diri kepada Tuhan. Ini berkali-kali saya sampaikan. Kita jadi manusia ini kecil sekali di hadapan Tuhan. Kita tak boleh sombong, tak boleh sewenang-wenang kepada siapapun, tak boleh sok kuasa, sok hebat, sok kuat, sok jago, dan segala sifat sok lainnya. Kita ini makhluk lemah, yang harus berserah dan bergantung kepada Tuhan�, Kopral Tukimin melanjutkan.

�Kita hampir kiamat��, seru Kopral Gendut.
�Hussss, kita tak boleh seperti itu. Soal kiamat bukan kewenangan dan keputusan manusia, tetapi itu hak Tuhan. Kopral gendut tak usahlah bicara begitu��, Kopral Made Pasek mengingatkan rekannya yang sering celamitan itu.


Begitulah para Kopral itu, ikut merasakan betapa bencana demi bencana yang terus melanda kehidupan sebagian warga masyarakat di negara ini. Tentu hal itu menjadi keprihatinan mereka juga, sebab ada di antara keluarhga rekan mereka yang menjadi korban bencana. Ada yang rumahnya roboh, hancur, bahkan ada yang keluarganya jadi korban hingga meninggal dunia.

Mereka siap untuk ditugaskan. Dari awal sejak terjadinya gempa tektonik maupun tsunami dan semburan awan panas merapi hingga lumpur panas di Porong Sidoarjo, para kopral itu semuanya siap untuk ditugaskan di tempat itu. Mereka sungguh memiliki rasa senasib sepenanggungan yang luar biasa. Mereka siap untuk ikut digilir bekerja bhakti demi membantu para korban bencana. Mereka sadar betul, kalau tak bisa membantu dengan uang, mereka bisa membantu tenaga untuk bekerja bhakti di sana.

Dan itulah yang berhasil ditanamkan oleh Sang Guru Kopral Tukimin. Ia berhasil mendidik para Kopral di barak itu, untuk menjadi prajurit yang tanpa pamrih dalam membantu sesama, termasuk bila bertugas membantu korban bencana yang hari-hari belakangan ini banyak melanda negeri ini.
(Patriot)

Tidak ada komentar: